Martinho G. da Silva Gusmão
Sesungguhnya pemanasan suhu politik seputar UNTAS tidak terlalu menarik untuk dibahas. Alasannya sangat sederhana, UNTAS sudah kedaluwarsa dan tidak lebih dari sebuah “issue”. Apalagi, orang-orang dari “(ex)-propinsi Timor Timur” tidak lagi memiliki “issue” politik yang hangat dalam konstelasi nasional Indonesia.
Meski secara politik UNTAS tidak menarik lagi, namun apakah kehidupan Timor oan di Indonesia tersebut harus terlupakan? Pertanyaan ini menukik langsung ke primordial sentiment yang telah menjadi hereditas sejarah kita dan bahkan nasib yang harus ditanggung tidak hanya oleh UNTAS, tetapi juga kita semua. Istilah “primordial sentiment” sebenarnya mau mengatakan bahwa meski secara politik kita berbeda, tetapi secara budaya kita bersaudara. Pernah di Naibonat (2008), saya mendengar seorang Timor oan yang berkata “Amo, Uma Fukun politik imi nian ona maibe Uma Lulik no Uma Kreda ita nian hotu, ami labele haluha imi, no imi mos labele haluha ami!” Ungkapan penuh keharuan ini langsung membawa kita kepada tragedi Yerusalem ketika di tanah pengungsian (desterra), orang-orang berkata, “Se de ti Jerusalem, eu me esquecer, seja ressequida a minha dextra. Pegue-se a minha lingua ao paladar, se me não lembrar de ti; se não colocar Jerusalem acima de todas as minhas alegria” (Sal 137, 5–6).
Artikel ini hendaknya dibaca tidak hanya sebagai sebuah analisis politik, melainkan juga sebuah metafisika politik – yaitu menukik ke dalam data dan menembus fakta.
Issue UNTAS dalam “Nation Building”
Sebagai sebuah “issue”, aksi mahasiswa UNTL sebenarnya memiliki sifat “setengah-setengah”. Pertama (1), issue bersifat setengah benar karena tidak selalu bisa dicari siapa yang melakukan “truth claim”. Makanya, sekelompok mahasiswa di UNTL melancarkan protes tetapi tidak harus semua mahasiswa menyetujuinya. Apalagi, menurut sejumlah pihak dokumen yang dilansir para mahasiswa merupakan sebuah “coppy and paste” sehingga di sana sini tidak runtut arah kiprahnya.
Kedua (2), issue juga bersifat setengah sampai karena tidak jelas “pengirim” pesan dan “penerima” pesannya. Barangkali sekelompok mahasiswa UNTL itu hanya bertindak sebagai “kurir” (tukang pos), tetapi mereka sendiri tidak begitu yakin dari mana “daftar nama” itu datang dan ke mana akan dialamatkan; lebih-lebih siapa yang harus bertanggung jawab ketika menerima pesan itu. Semua orang yang menerimanya tidak selalu bisa memegang teguh kiriman tersebut; dan kalau pun dibuang di jalanan, semua orang bisa memungut dan membuangnya tanpa beban.
Ketiga (3), issue juga bersifat setengah serius karena ketika tidak terlalu ditanggapi dia akan menguap begitu saja. Mungkin para mahasiwa UNTL bersikap sangat serius, tetapi ketika pemerintah dan partai oposisi tidak terlalu serius menanggapinya maka pada gilirannya para mahasiswa pun tidak akan melakukan pengejaran (apalagi penangkapan) terhadap unsur-unsur UNTAS. Lebih tidak serius lagi, karena di dalam partai-partai besar (FRETILIN dan CNRT) selalu saja ada ex-UNTAS yang bersedia melakukan apa saja bagi boss-bossnya. Misalnya, kunjungan-kunjungan Dr. Mari Alkatiri ke partai-partai politik di Indonesia (seperti PKS atau ormas Islam lainnya), disponsori oleh mantan pentolan gerakan pemuda pancasila yang berjiwa “besi (paling) merah” pro-integrasi namun yang membelot menjadi berkedok “paling nasionalis” pro-merdeka (sampai saya ketakutan sendiri) dan FRETILIN biasa-biasa saja (bahkan Jose Reis dengan senang hati mengumumkan bahwa PKS akan menghadiri pemilihan langsung dewan pengurus pusat/DPP FRETILIN, yang tentu saja diantar oleh mantan pemuda pancasila/ besi paling merah yang membawa Alkatiri ke Jakarta)! Ada yang menyebut, mengapa para mahasiswa tidak menyertakan nama Aisya Basarewan (deputada FRETILIN) atau Provedor dos Direitos Humanos Sebastião D. Ximenes, dan Francisco Kalbuady? Atau, pastilah kunjungan Maun Boot Kay Rala Xanana Gusmão ke NTT diterima dengan sangat meriah oleh Timor oan di sana? Apalagi Xanana sudah gembar-gembor menjadi gembong ASEAN yang dipromotori oleh Indonesia. So, what githu lho!
Keempat (4), issue masih menyisakan masalah tentang “validity claim” dan karena itu bersifat setengah sahih. Sampai sekarang kelompok mahasiswa UNTL sendiri tidak melakukan investigasi untuk mendukung validitas apa yang disampaikannya. Sesudah muncul di TVTL, sampai sekarang tak ada gerakan kuat untuk menindak-lanjutinya. Hasilnya, kita belum mendapat bukti-bukti baru (novum) dari para mahasiswa tentang claim-nya. Mahasiswa sendiri lebih menganggap diri sebagai “morality outspoken” daripada “politic outstanding”. Memang tak ada sekat yang begitu ketat antara moral dan politik, karena itu posisi mahasiswa UNTL tetap setengah sahih.
Kelima (5), karena bersifat setengah-setengah maka issue UNTAS hanya merupakan sebuah demokrasi tanpa parlemen dan demonstrasi tanpa jalanan: di tempat mana saja kita mendengar issue-issue tanpa harus ada “public office” (Hannah Arendt), dan di mana saja kita menemukan issue-issue tanpa harus ada ijin atau larangan dari PNTL terhadap “public sphere” (Jurgen Habermas). Sebagai gosip, dia hanya menjadi sebuah pemanasan global bagi event yang lebih menarik ialah “pemilihan umum 2012”.
Tetapi, keenam (6), issue UNTAS menjadi sangat serius ketika kita menyentuh nation building. Kalau akhir-akhir ini kita berbicara tentang “State-building”, maka sebenarnya yang hendak dibangun ialah kedudukan politik kekuasaan simbol-simbol negara (órgão de soberania do Estado), yaitu, Presidente da Republica, Parlamento Nacional, Governo dan Tribunais, termasuk institusi-institusi lain dalam Negara. Pendek kata, yang dibangun ialah sebuah komunitas elite politik. Boleh saja kita “muturabu” berkelahi lagi dengan UNTAS, jikalau benar bahwa ada tindakan atau gerakan “yes we will be back!” Karena State-building hanya bagi warga negara Timor Leste. Orang luar pagar tidak boleh masuk. Tetapi kalau hanya “ex-UNTAS”, yah “nggak usah repot”.
Hanya saja “yes we will be back!” juga benar, seandainya kita berbicara tentang Nation-building. Sebab, “nation” (dari kata Latim “nascere” atau Portugues “nascer”, artinya – lahir, mulai hidup, berkembang), menunjuk pada identitas legal dan legitimo seseorang berdasarkan aliran darah dalam tubuhnya. Makanya, berdasarkan kelahirannya (naturalidade), maka mereka tetap Timor-oan, meski mereka bukan nacionalidade Timor Leste karena sekarang mereka telah memiliki kewarga-negaraan Indonesia.
Meski begitu, masih ada sebuah imperativo categorico yaitu: berbuat terbaik (summum bonum) demi kebaikan bersama (bonum comune). Mereka yang lahir di Timor Leste adalah Timor oan, meski hidup di tanah orang lain. Membangun bangsa (Nation building) yang beradab ialah merangkul “saudara-kandung” yang hidup terpisah. UNTAS, jika berkulit adat (lisan) Timor oan dan berwajah budaya Timor oan tetap harus diterima sebagai kenyataan sejarah, bahkan nasib bersama. Menurut saya, UNTAS ialah “primordial sentiment” – perasaan kedaerahan karena mereka yang tergabung dalam UNTAS adalah Timor oan, apa pun perbedaannya. Saya setuju (dan secara terbuka mendukung, bila perlu menjadi anggota UNTAS baru) bahwa UNTAS merupakan sebuah gerakan kebudayaan (movimento cultural), termasuk kebudayaan politik (culture of politic) dalam rangka Nation-building. Sikap ini jauh lebih terhormat, dari pada bikin “issue-issue” murah meriah. Apalagi, ketika terjadi tragedi Merapi di Yogyakarta (2010) dan Tsunami di Nias/ Sumatera, Timor Leste memberi bantuan USD 1.000.000 (lewat MSS)! Mengapa kita tidak membantu ‘saudara-kandung’ UNTAS di Indonesia dengan memberi “hati baru”?
“Revolta Metafisica” Mahasiswa dan “Character Building”
Tetapi juga menggelitik, apakah para Mahasiswa di UNTL harus dipersalahkan seluruhnya demi urusan “far torang baku bae-bae dengan UNTAS”? Menurut pendapat saya, deklarasi para mahasiswa ialah sebuah “revolta metafisica”, tetapi tidak harus dilihat sebagai revolusi social-politik! Apa pula itu?
Gebrakan para mahasiswa UNTL bisa dibedakan antara “revolta” dan “revolução”. Menurut Jacques Le Goff, “A revolução, mesmo se ela não foi preparada, termina numa mudança radical das instituições. Ela é portadora de um projeto de sociedade, que pode ser louco ou delirante, mas que é coerente. A revolta, ao contrário, é um movimento mais eruptivo, mais imprevisível, e que não é necessariamente centrado no futuro” (dikutip dari P.J. Lima Piva, Ateismo e Revolta: 30).
Tidak perlu kita khawatir tentang aksi para mahasiwa itu, karena mereka tidak membuat revolusi untuk mengubah institusi secara radikal. Dikatakan, “revolusi, meski tidak disiapkan sebelumnya, berakhir dalam sebuah perubahan radikal institusi-institusi terkait. Ia (revolusi) ialah pembawa sebuah proyek kemasyarakatan, yang mungkin gila atau sembrono, tetapi tetap teguh”. Tetapi, bagaimana bisa terjadi perubahan radikal, seandainya, partai yang berhaluan “revolução” sendiri dihuni oleh orang-orang yang dulunya juga pro-integrasi! Atau, tokoh-tokoh revolusioner sendiri memasang senyum paling mantap dengan mantan ABRI dan tokoh-tokoh Indonesia lainnya? Bahkan mereka bisa memberi servis bagus bagi artis tempoe doeloe (alias, bukan artis seri A atau liga primera, melainkan seri B/ C) dengan layanan VIP (termasuk memakai milik Estado keliling Dili Atauro), tanpa perlu menghiraukan perasaan kebangsaan orang Timor Leste sendiri? Apalah gunanya ribut-ribut soal UNTAS. Keciiilll itu?! Lebih baik merangkul Timor oan sendiri yang hidup susah di rantau, dari pada menadah barang rongsokan meski pernah jadi artis sekalipun. Sekali lagi: para mahasiswa UNTL bukan ancaman.
Sebuah revolta, sebaliknya, merupakan sebuah gerakan yang lebih berlahar, lebih menantang, dan yang tidak perlu harus membongkar masa depan. Di sinilah menariknya gerakan mahasiswa UNTL yang selalu mengangkat segala masalah paling krusial. Barangkali di sinilah keseriusan sebuah issue tentang UNTAS.
Untuk lebih tajam bisa dikatakan bahwa pemberontakan mahasiswa UNTL “... é um ser consciente e portador de um valor crucial, a solidariedade, é alguém que, em função desse valor, profere um eloqüente não ao mesmo tempo em que expressa um efectivo sim: um não a todas as situações desumanas e um sim à possibilidade de uma ordem humana mais justa” (ibid: 31). Mereka merupakan orang-orang yang sadar dan pembawa sebuah makna krusial, sebuah solidaritas, adalah orang-orang yang, dalam rangka nilai-nilai tersebut, mewartakan sebuah “tidak” yang elok pada saat yang sama mereka mengungkapkan sebuah “ya” kepada kemungkinan adanya tata hidup yang lebih manusiawi dan adil.
Kita perlu menyadari bahwa jika di dalam Governo (FRETILIN dan AMP) dan Parlamento (idem) sudah ada ex-UNTAS, maka tak perlu kita memaksa argumen untuk mendiskreditkan mereka. Di sinilah letak pesan positif dari para mahasiswa, tetapi gagal disampaikan secara elok. Kesalahan para mahasiswa di UNTL ialah bahwa mereka menampar muka ex-UNTAS di AMP, tetapi tidak menyepak orang-orang yang sama di dalam FRETILIN. Dan kesalahan tersebut muncul, lantaran mereka kehabisan akal untuk melakukan analisis ilmiah yang cerdas. Meski demikian, “revolta” yang ditunjukkan para mahasiswa UNTL tetap menarik karena adanya “sensibilidade absurda” – mereka bingung harus menentang dan menantang siapa. Hanya saja, sesudah gebrakan para mahasiswa tersebut kiranya para politisi di Governo dan Parlamento tidak bisa lagi seenaknya berargumen tentang “pro-otonomi” dan “pro-independensia”. Sebab, di dalam FRETILIN pun ada, di dalam AMP pun ada. Itu pertama.
Kedua, graça (syukur) bagi mahasiswa UNTL bahwa melalui mereka kita bisa mengetahui bahwa UNTAS telah melakukan kongres dengan ungkapan “yes we will be back!” Tetapi, haruskah UNTAS disalahkan? Kalau dibaca baik-baik, sesungguhnya UNTAS telah menciptakan sebuah sikap tulus dari “revolta”-nya sendiri, “ ... a mais pura expressão de solidariedade, o que torna ‘irmã gêmea da compaixão’ (ungkapan paling murni dari solidaritas, yang pada gilirannya menjadi saudara kembar dari belarasa)”. Bahwa dalam penderitaan dan kemalangan, dalam persaudaraan dan kerinduan, mereka yang berkongres di Kupang (2010) berusaha menambal kembali hati yang koyak di masa lalu. Baik mereka yang berada di NTT (atau bagian lain di Indonesia) maupun dengan saudara-kandung di Timor Leste. Yes, we will be back! Dari sudut pandang tersebut, kiranya orang-orang yang berada di belakang para mahasiwa UNTL, atau para mahasiswa sendiri telah bertindak semberono (arbiru deit) bahkah memalukan. Bagaimana mungkin, orang-orang di Kupang yang ingin “menyembuhkan luka” dan “mendamaikan masa lalu” harus dilawan dan dikutuk? Itu tidak manusiawi. Itu tidak religius Kristen-Katolik. Itu melawan sikap yang adil dan bermartabat.
Tetapi, ketiga, yang jauh lebih penting ketika para mahasiswa UNTL itu tanpa sadar telah melakukan sebuah pemberontakan metafisika, “a revolta metafísica é o movimento pelo qual um homem se insurge contra a sua condição e contra a criação. Ela é metafísica porque contesta os fins do homem e da criação” (Albert Camus). Dikatakan, pemberontakan metafisika sebagai sebuah gerakan yang dengannya seseorang menantang kondisinya dan penciptaannya sendiri. Dia adalah metafisika karena melawan tujuan manusia dan penciptaannya. Banyak kalangan yang menulis dan mengomentari tindakan para mahasiswa tersebut. Dari sudut “fisika” (pengamatan kasat mata) – memang aksi para mahasiswa UNTL tersebut tidak terlalu meyakinkan, tidak jelas, tidak terukur, dsb. Ada yang sampai menulis “baku bidong mamuk” (menabuh tong kosong). Tetapi dari sudut “metafisika” – terdapat sebuah pesan yang sangat jelas – yaitu – menantang kondisi dan penciptaannya. Ada sebuah ‘kemuakan’ (laran sae, atu muta sai) terhadap segala bentuk hubungan dengan masa lalu yang tidak pernah diselesaikan dengan baik dengan Indonesia. Di dalam UNTAS sendiri terlihat semacam ‘pemberontakan’ untuk kembali ke “originalitas”, kepada primordial sentiment sebagai Timor oan. Sangat simpatik bahwa UNTAS ingin membangun sebuah identidas kultural baru, sebuah character building meski belum menemukan ruang dan waktu yang tepat. Di dalam UNTL terdapat ‘pemberontakan’ karena hampir tidak lagi menjadi pusaran perhatian politik. Mereka bahkan dihibur dengan sikap sinis: “sebaiknya belajar saja”. Namun Governo (FRETILIN dan AMP) tidak pernah memugar UNTL sebagai sebuah monumen kampus perjuangan, sebuah kampus veterano! Bahkan, mungkin nyatanya ia hanyalah kampus yang tidak manusiawi, apalagi “menara gading” bagi intelektual. Sementara, mahasiswa sendiri hidup tanpa “roh” intelektual karena kurangnya motivasi dan insentivo bagi perkembangan mereka. Dengan kata lain, hampir tak ada character building bagi kaum muda dan intelektual muda.
Dalam kerangka ini sesungguhnya FRETILIN dan CNRT, termasuk FALINTIL harus “digasak”/ “digebuk” karena menciptakan kondisi ‘kemuakan’ itu. Apa yang dimuaki? Menurut pendapat saya, proces elitisasi dalam istilah “nasionalismo” kita dewasa ini. Nasionalismo kita telah kehilangan dimensi rohaninya – yaitu: “... desenvolvimento de uma sociedade solidária e fraterna”. FRETILIN, FALINTIL, CNRT dan Veterano selalu berkembang terus menjadi “elite” baru yang dengan bangga memamerkan hasil perjuangan mereka dan kekayaan Timor Leste di Indonesia, membawa artis-artis rongsokan dan intelektual kecil-kecilan yang datang sambil melambaikan tangan bagi orang-orang kecil di pinggiran jalan Dili dan mengabaikan pelaku-pelaku kebudayaan dan intelektual Timor Leste sendiri. Hanya saja kalau mahasiswa UNTL ikut-ikan menjadi “rasio instrumentalis” yang dipakai oleh orang lain untuk menjadi elite baru yang sedang buka lowongan di tahun 2012 maka para mahasiswa pun harus dilawan.
*) Penulis: direktur Komisi Keadilan dan Perdamaian Diosis Baucau, dosen filsafat politik, etika dan ateisme kontemporer di Seminari Tinggi S. Pedro e S. Paulo, Dili
Tebes ou Bosok UNTAS iha Parlamentu e Governu?
Hosi: Rozito Moruk Soares*
Ohin loron seguransa ho estabilidade iha Timor-Leste lao diak tebes. Ema livre lao kalan to’o loron. Agrikultores sira bele halo nia natar ho tos ho hakmatek. Komersiantes sira faan ninia sasan ho livre. Faan nain sira ain lima bele faan ninia sasan hosi kalan to’o dader ho hakmatek. La iha krimi bot sira. Iha krimi kikuan balu maibe sei iha limite normal nia laran. Karik ita kompara ho rai sira iha Afrika, Amerika Latina e Asia balu, Timor-Leste nia seguransa ho estabilidade sei diak liu rai barak nian. Timor-Leste esforsa an nafatin hodi hametin liu tan ninia seguransa ho estabilidade hodi fo fatin ba dezenvolvimentu nasional, dezenvolvimentu nebe sei lori moris diak ho hakmatek ba Timor oan tomak.
Iha klima hakmatek laran, teki-teki mosu notisia bombastika ida hosi Konsellu Senado Estudante sira UNTL nian. Iha semana kotuk “matenek” na’in sira ne fo sai ba publiku konaba prezensa membru Uni Timor Aswa’in (UNTAS) iha Timor-Leste. La’os ne deit, dehan mos membru UNTAS balu sai ona membru Governu, deputados, diretores e balu rekrutadu tama ona F-FDTL.
Los ka lae Senado Estudante UNTL sira nia akuzasaun hasoru Timor oan sira halo parte UNTAS? Ka ema ruma mak baku bidon mamuk hodi halo hakfodak Timor oan sira? Artigu ida ne mai atu hatan duni ba lia husuk hirak ne.
Ema sira matan tomak, la iha asesu ba dokumentu be estudante sira kaer e la halo analiza didiak ba dokumentu ne, kala tolan tomak duni e balu ran nakali duni rona notisia ne iha TVTL. Maibe sira nebe iha asesu ba dokumentu ne e iha kapasidade halo analize kritika, sira hanoin kontrariu fali. Sira kestiona fali kapasidade kritika e intelektualidade estudante sira ne nian rasik, porque dokumentu nebe estudante sira kaer e fahe ba malu lemo-lemo ne, ninia orijinalidade kestionavel tebes porque dokumentu ne nudar rezultadu hosi manipulasaun ba dokumentu lubuk ida nian.
Dokumentu ne sirkula kleur tiha ona, sirkula desde desde fim de Janeiru ou inisiu de Fevereiru.
Mai ita luku hamutuk hodi hare dokumentu be Konsellu Senado Estudante sira UNTL nian kaer hodi halo analize e hare dokumentu ne original duni ou la’e.
1. Konaba titulu ho kontiudu artigu nian.
Artigu ho titulu naruk: “Untas yang Visioner (Prediksi Merangkul Warga Timor Timur di Diaspora), ‘SUARA TIMOR MILITAN’, edisi kedua hari ini berkaitan erat dengan berita utamanya: “Yes, we will be back”! To say integration with Indonesia is Good Solution and Forever”. Dokumentu ne ho data Kinta, 2 de Dezembru 2010. Ba ema sira sempre nani iha internet, sira sei deskobre katak titulu (judul) ho kontiudu (isi) artigu mai hosi dokumentu la hanesan, depois ko’a e taka hamutuk hodi halo sai ba dokumentu ida. Ema matenek sira bolu ida ne ho manipulasaun ka rekayasa. Nudar rezultadu hosi manipulasaun, neduni, titulu artigu ho nia kontidu la iha relasaun ka ligasaun ba malu. Titulu artigu dehan “integrasaun ho Indonesia mak solusaun diak liu e rohan laek”, maibe iha kontiudu artigu koalia fali konaba moris Timor oan sira iha Indonesia nian nebe presiza hadi’a, tamba agora sira moris hela iha terus ho susar laran. Sira la iha rai e la iha uma ho kondisaun hodi hela. Iha artigu ne la koalia buat diak ruma nebe bele justifika katak integrasaun mak solusaun diak liu e rohan laek, maibe substansia hosi kontiudu artigu ne husu ba pengurus (funsionarios) UNTAS foun sira hodi halo mapa problemas nian ou elabora lista konkreta ida konaba difikuldades, problemas ho obstakulus nebe Timor oan sira agora iha Indonesia hasoru daudaun. La koalia kona ba integrasaun ka autonomia ruma.
2. Titulu ho artigu ne mai hosi nebe?
Titulu “SUARA TIMOR MILITAN” ko’a hosi dokumentu seluk mak taka ba, depois tutan ho “edisi kedua hari ini berkaitan erat dengan berita utamanya:” Depois tutan tan ho: ”East Timorese: “Yes, we will be back”! nebe foti hosi address ida nee:
http://www.hamline.edu/apakabar/basisdata/2000/09/26/0009.html
Liafuan “
To say integration with Indonesian is Good Solution and Forever”, ne manipulador sira mak inventa neduni tipu de letra la hanesan ho letra sira foti hosi internet nian nune mos ho lista pengurus UNTAS sira iha Indonesia nian.
Enkuantu kontiudu hosi artigu ne, foti hosi artigu ida nebe padre Indonesia ida ho naran Gregor Neonbasu, SVD, PhD., chefe Komisi Sosial Budaya Dewan Riset Daerah Prop NTT, Direktur Puslit MANSE NSAE Kupang, mak hakerek e publika iha media Indonesia ida kuinyesidu ho naran “Harian Pagi, Timor Express, Kupang, Cerdas dan Konsisten”. Por favour, vizita ba online media ne nian iha address ida ne: http://timorexpress.com/index.php/index.php?act=news&nid=41592 hodi hare ou ba Google.com, hakerek “Untas yang Visioner”, depois tau seta e hanehan iha Untas yang Visioner - Timor Express - Cerdas dan Konsisten nia leten. Bele hare mos iha STL, 23/03/2011, nebe publika kompletu pe. Gregor nia artigu. Iha ne bele hare kontiudu artigu e naran kompletu padre nian ho ninia pozisaun hodi halo komparasaun ho dokumentu nebe manipulador sira manipuladu ona.
Manipulador sira ko’a sai tiha padre nia naran ho profisaun hodi troka hikas ho titulu “
SUARA TIMOR MILITAN, edisi kedua hari ini berkaitan erat dengan berita utamanya: “East Timorese: “Yes, we will be back”! To say integration with Indonesian is Good Solution and Forever”. Artigu ninia titulu lolos mak:
Untas yang Visioner, (Prediksi Merangkul Warga Timor Timur di Diaspora).
Tamba ko’a dokumentu lubuk ida mak kola ka taka hamutuk, neduni tipu de letra ho tamanho letra sira mosu iha dokumentu ne la hanesan.
3. Pengurus ka funsionarios sira UNTAS nian.
Pengurus tuan UNTAS nian, sira ko’a hosi dokumentu ida nebe ita hetan iha address ida ne:
http://www.hamline.edu/apakabar/basisdata/2000/09/26/0009.html. Sira ko’a hosi ne mak taka hamutuk ba artigu ne, tamba ne tipu de letra mos la hanesan ho kontiudu artigu nian nune mos nia size ka tamanho.
Enkuantu naran pengurus/funsionariu sira nebe manipulador sira halo mosu nudar pengurus UNTAS nian iha Timor-Leste, manipulador sira mak inventa, tamba ne, tipu de letra ho size letra nebe mosu la hanesan ho kontiudu artigu nian nune mos ho tipu de letra nebe uza hodi hakerek naran sira pengurus UNTAS tuan nian nebe sai hosi Kongres Biti Bot Timoris I nian.
Ita hakfodak liu tan, iha panfletu ida foin mosu ikus tan, tahan ida deit, fahe mos iha UNTL, manipulador sira mantem kompletu naran sira nebe mosu iha dokumentu nebe mai hamutuk ho artigu manipuladu padre Gregor nian, maibe naran Stanislau Saldanha muda tiha fali ba Stanislau da Silva. Parese membru partidu historiku balu mak inventa lista UNTAS nian, tamba sira la gosta Sr. Estanislau da Silva ou Sr. Estanislau da Silva sai adversariu seriu ba sira, neduni sira hakarak hafoer mos nia naran. La hatene aban sira atu inventa tan se nia naran.
Sr. Estanislau da Silva ninia aman fundador partido APODETI e primeiru Bupati Manatutu nian, maibe Sr. Estanislau adere ba FRETILIN desde inisiu kedas, nia la iha buat ida ho integrasaun ou autonomia. Parese iha primeiru dokumentu sira hakerek sala naran Sr. Estanislau Saldanha nian, neduni sira hadia fali e sai iha segundu dokumentu ho naran Sr. Estanislau da Silva nian. Tamba sa mak dehan hadi’a? Tamba iha primeiro dokumentu, naran barak la kompletu nune mos pozisaun, iha segundu dokumentu mai ho naran kompletu nune mos pozisaun iha governu e iha Parlamento Nasional.
Lista nebe fahe iha Parlamento Nasional iha fulan Fevereiru nia laran, ema hotu hatene, deputado ida hosi bankada partido historiku ida, hosi Komisaun B mak fahe. Tamba mos ida ne mak ita la hakfodak kuandu Sr. Mari Alkatiri defende Konsellu Senado Estudantes sira UNTL hosi Kairui (Timor Post, 22/03/2011) tamba dokumentu ne fahe hosi sira nian kamarada ida. Agora se mak halo manipulasaun ba lista ne ita la hatene, ne presiza investigasaun hodi hatene. Buat nebe halo ita laran triste mak dokumentu falsu ida ne fahe hosi deputadu ida hosi Komisaun B nebe kaer assuntu Defeza e Seguransa. Em vez de buka hametin seguransa ho estabilidade, nia buka dezestabiliza Timor-Leste liu hosi fahe dokumentu falsu ida. Karik hakarak duni tulun paz ho estabilidade, tuir lolos, deputado ne entrega dokumentu ne ba Servisu Nasional de Intelijensia hodi halo investigasaun, la’os fahe tun sa’en hodi kria instabilidade. Ironik e sinik liu tan, deputadu ne hare ema sira naran iha lista, ema sira nebe uluk lao hamutuk ho nia iha periodo klandestina e balu to’o subar e salva nia hosi situasaun difisil sira, nia la aviza ba sira, maibe nia fahe dokumentu falsu ne hodi estraga rasik ema sira be uluk serbisu ho nia e tulun nia iha klandestina. Ita la hatene deputado ne nia intensaun iha fahe dokumentu falsu ne nia kotuk. Nia rasik mak hatene.
Manipulador sira mos failla total inventa naran sira Penasehat UNTAS hosi II Kongresu nian. Por exemplo sira inventa iha neba ema sira hanesan: Armindo Soares Mariano, Daniel Joao Baptista, Martinho Fernandes, Francisco Lopes da Cruz, Ir. Basilio de Araujo hanesan penasehat ka konselleiru UNTAS nian. Maibe iha dokumentu ofisial UNTAS nian nebe assina hosi Eurico Guterres, chefe Konsellu Lideransa Sentral e Filomeno J. Hornai, Sekretariu Jeral UNTAS nian nebe mai ho karimbu kompletu, naran sira temi iha leten ne la halo parte estrutura UNTAS nian, eseptu Basilio de Araujo, maibe nia la hanesan konselleiru, nia halo parte Dewan Pimpinan Pusat e xefe ba Departamentu Kerjasama Luar Negeri (Kooperasaun Externas) nian. Naran sira la halo parte estrutura UNTAS ne tamba sira kontra II Kongressu ne. Bele vizita ba iha address ida ne: http://dharisy.blogdetik.com/armindo-kongres-ii-untas-ilegal/ hodi hare Sr. Armindo Soares deklara publikamente ba jornal Antara katak II Kongressu UNTAS nian illegal, neduni nia aprezenta ona keisa ba POLDA NTT. Nia mos husu ba autoridade lokal Indonesia nian intervem hodi labele realiza ho razaun Kongresu ne ilegal.
Enkuanto Domingos MD Soares nebe hanesan xefe Konselleiru II Kongresu UNTAS nian, manipulador sira la hatama nia naran iha estrutura UNTAS aktual nian.
4. Data II Kongresu la Los
Presiza hatene, II Kongres UNTAS nian halo iha loron 28-30 Novembru 2010. Tanba dokumentu ne sira inventa deit e haluha delete ou la hatene delete, neduni mosu iha ultima pajina, iha pengurus sira UNTAS iha Timor-Leste nia okos, informasaun tuan ida hanesan ne:
From: apakabar@saltmine.radix.net
Date: Wed Sep 06 2000 – 12:01:53 EDT
Date: Tue, 5 Sep 2000 18:40:11 –0700 (PDT)
Lojika Klandestina nian
Tuir lojika klandestina nian, impossivel organizasaun ida denunsia fali nia membru sira iha klandestina ba publiku. Hanesan iha tempu rezistensia kontra okupasaun Indonesia, ema sira serbisu iha klandestina iha Timor-Leste ho iha Indonesia, sira nunka hasai estrutura sira tau naran original. Sira uza naran kodigu ka funu nian hodi funumaluk labele deskobre, so sira iha rai-li’ur mak uza naran orijinal. Ida ne so hatudu deit katak dokumentu ne la’os membru UNTAS sira mak halo maibe ema balu iha Timor-Leste laran mak halo ho multiplu objektivu. Primeiro hakarak halo difamasaun e assassinato karakter ba ema sira be manipulador sira la gosta tamba razaun pessoal, professional ou politika. Segundu buka estraga prosesu rekonsiliasaun nasional nebe promove hosi PM Xanana Gusmao ho PR Ramos Horta. Terseiru kria instabilidade hodi povu labele moris hakmatek e dezenvolvimentu labele la’o hodi justifika insusesu Governo AMP nian hodi iha eleisaun jeral 2012 mai povu labele hili tan partido sira hosi AMP nian. Kuartu buka dezakredita rekrutamentu iha F-FDTL e dezestabiliza instituisaun de defeza ne ho propaganda katak membru UNTAS na’in 50 tama ona iha F-FDTL tuir deklarasaun Konsellu Senadu Estudantes sira UNTL nian. Antes kedas buka dezestabiliza PNTL liu hosi sunu membru PNTL sira nebe la hetan promosaun ba postu aas, ou fahe PNTL ba grupu oioin, nasionalista, klandestina, juventude, veteranu e POLRI, maibe la konsege. Agora koko fali liu hosi fahe e sobu F-FDTL ho boatos katak UNTAS nia membru sira nain 50 sai ona membru F-FDTL. Sestu, hakarak instrumentaliza kombatentes ho veteranus sira hodi atinje objektivu nebe sira buka, tamba so ho issue ho boatos ida ne mak sira bele mobiliza veteranu ho kombatentes sira hodi hanoin at ba ema sira be sira la gosta e hodi atinje objektivu nebe sira buka mak poder, maibe veteranu ho kombatentes sira la’os ema beik atu fasil instrumentalizadu e manipuladu hanesan sira nebe entrega ona an ba manipulador sira.
Iha semana kotuk, advogado sira husu ba estudante sira atu husu deskulpa e dada hikas sira nia akuzasaun ba Timor oan sira nebe sai vitima akuzasaun nian. Se la husu deskulpa e la dada hikas akuzasaun, advogadu sira sei lori estudante sira ne ba tribunal. Estudante sira rekuza husu deskulpa e dada hikas sira nia akuzasaun ho razaun sira hala’o funsaun universidade nian tuir “Tridarma Perguruan Tinggi” nebe Indonesia hosik hela. Funsaun tolu ne, tuir estudantes sira mak: partisipa iha ensino, halo peskiza e dedikasaun ba komunidade (Timor-Post, 21/03/2011). Estudante sira uza razaun dedikasaun ba komunidade hodi defende an, maibe sira haluha tiha ida halo investigasaun/peskiza ne. Sira halo tiha ona investigasaun konaba dokumentu ne orijinal ka lae? Sira halo ona investigasaun konaba se mak autor dokumentu ne nian ka lae? Dokumentu ne iha logo tipu ofisial ruma e assina hosi ema ruma aka lae? Ita hotu hatene sira la halo investigasaun ruma, tamba la hatene duni halo, tamba ne mak sira kaer fali ba ida dedikasaun ba Komunidade maibe dedika sala tamba kaer ba dokumentu falsu ida hodi bosok povu. Fretilin hanorin buat diak ida: se mak la investiga la iha direitu ba koalia, maibe estudante sira ne hanesan tiha bidon mamuk ida, la investiga buat ida koalia ibun boot tiha ona. Peskiza la’os deit halo kuandu prepara skripsi. Peskiza nudar hahan lorloron estudante sira nian. Kualker issue nebe atu foti tenki hetan uluk peskiza hodi hare ninia verasidade (kebenaran), se lae, kuandu la koalia tuir faktus nebe los ema dehan ne la’os estudante universitario sira mak koalia maibe ema SD ka buta huruf sira mak koalia. Estudante universitariu ida hetan tiha ona bagajem hodi halo investigasaun, neduni teki hatene uza instrumentu ne hodi buka verdade, la’os koalia e fiar arbiru deit ba issue ho surat kaleng sira.
Dedikasaun ba komunidade signifika hanorin buat nebe los ba komunidade, hatudu exemplu diak, laos ba bosok e lohi komunidade ho buat falsu sira. Uza dokumentu falsu hodi lohi komunidade ne hanesan traisaun grave ida e moralmente kondenadu tebes tamba lohi povu iha rai ida tomak. Ida ne mak alin estudante sira la konsiente.
Husu ba maluk estudante sira, diak liu ba aprende tan metodo ho teknika sira halo invetigasaun nian e aprende tan metodo halo analize ba kontiudu testu ka dokumentus nian hodi ajuda halo analize ba dokumentus ho diak, duke alin sira ba husu fali advogados sira mak ba aprende tan. Advogados sira hatene sira nia serbisu sira hatene ema halo falsifikasaun ou manipulasaun ba dokumentus ne krimi. Sr. Mari Alkatri mos hatene ida ne, neduni nia buka koalia fali buat seluk. Labele kaer ba dokumentu manipulasaun nian ida hodi halo ba evidensia hodi ataka ema lori naran seguransa ho estabilidade nian, maibe hahu daudaun kria instabilidade tamba la koalia lia los no sunu ema hodi la gosta malu ou odi malu no vinga malu. Hahalok sira hanesan ne sei dezakredibiliza deit UNTL nian naran e estudante sira nia naran rasik nudar individu. Estudante ida sei hakarak tun halo manifestasaun no hakarak tama iha kadeia Bekora kuandu defende buat los ida, maibe sira la sei tuir manifestasaun sa tan hakarak tama prizaun Bekora tamba dokumentu falsu ida.
Hakarak sai porta-voz povu nian tenki koalia buat nebe los e provado (terbukti), la’os ba fiar ba boatos ho dokumentu falsu sira hodi hamanas situasaun e halo povu moris la hakmatek. Hakarak valoriza e dignifika sakrifisiu Timor oan sira nian ba ukun rasik an la’os liu hosi soe, defende e halo manipulasaun ba publiku, maibe tenki koalia buat nebe los tamba Timor oan sira nian terus ho mate ba ukun-an la’os harii hosi boatos e manipulasaun. Se Konsellu Senadu Estudantes sira UNTL nian dehan naran sira iha sira nia lista mak los e ida Eurico Guterres ho Filomeno J. Hornai assina ho karimbu hotu kompletu mak lalos, agora ita husu se los mak UNTAS? Konsellu Senado Estudantes sira UNTL mak UNTAS ka Eurico Guterres ho Filomeno J. Hornai sira?
Labele subar iha terus ho sakrifisiu Timor oan sira nia kotuk hodi halimar iha be merak nia laran. Veteranu ho kombatente sira la sei kontente kuandu ema uza sira nia naran hodi halo politika ba ninia interesse rasik. Surat kaleng ne la reprezenta interesse ema veteranu ho kombatente sira nian, sa tan interesse povo Timor-Leste nian, maibe reprezenta interesse manipulador sira nian, interesse ema laran foer ho laran metan sira hakarak dezestabiliza Timor-Leste nian.
Pior liu tan, iha lista pengurus UNTAS iha Timor-Leste nian, hatama hotu ema nasionalista ho aktivista sira klandestina lubuk ida nian naran iha laran. Keta ema sira iha lista ne, balu uluk luta liu dok duke estudantes sira hosi Konsellu Senado Estudante UNTL nian karik? Se mak bele fiar Sr. Estanislau da Silva membru UNTAS nian? Se mak agora barani mai responsabiliza katak sira baku sala naran? La sei mosu ema ida mai baku hirus matan katak ha’u ka ami mak baku sala naran basaa, se nia assume ida ne signifika nia assume tomak responsabilidade halo manipulasaun ba dokumentus UNTAS nian. Estudante ka politiku ida bele bilang to’o iha nebe mos sira la sei fiar ba dokumentu falsu ida hanesan estudante sira hosi Konsellu Senado UNTL nian nebe matenek tebes ne fiar. Hanoin kritikamente la signifika halo kritika ho akuzasaun arbiru maibe tenki hare e analiza situasaun ka faktu ne hanesan ne duni ka lae.
Konsellu Senadu Estudante sira UNTL argumenta konaba evidensia nebe advogadu sira husu, sira dehan: “Kona ba evidenvia ami bazeia ba buat nebe mak ami mos hetan hotu hanesan ema seluk hetan depois ami publika deit la’os ami mak autor ba issu” (Timor-Post, 21 Marsu 2011). Sa tipu de estudante mak ida hanesan ne? Ema ba rai ku’ak sira mos hakarak ba rai ku’ak hotu tamba la uza ulun rasik hodi hanoin. Ema soe issue sira mos ba soe issue, em vez de buka investiga hodi hatene issue ne los ou lae, maibe sira mos naran tuir deit e kehe halo manas depois mak mai hakarak sai heroi ba seguransa ho estabilidade nasional nian ou sai porta voz povo nian. Nudar povu, ami la aseita kualker manipulador ida sai ami nia porta voz, sa tan bosok ten sira. Se la’os autor ba issue, nusa mak ba tuir halo petisaun tun sa’en? Nusa mak la buka hatene uluk hodi neutraliza maibe kehe halo manas tan e fahe dokumentu falsu ne lemo-lemo? Se Timor oan ruma la kontrola an mak oho ema sira naran Konsellu Senado Estudante sira UNTL temi iha publika ne, estudante sira ne brani responsabiliza ka lae? Tamba sira mak uza dokumentu manipuladu ne hodi halo manas situasaun e fo sai dokumentu ne ba publiku. Sai estudante tenki hanoin kritiku, labele hanesan kakatua nebe hatene imita deit. Hahalok estudante sira nian ne hatun tomak kredibilidade Konsellu Senado Estudante sira UNTL nian e estudante UNTL tomak tamba kaer ba dokumentu falsu e manipuladu ida hodi koalia ba publiku.
Ita mos kestiona estudante sira ne ninia imparsialidade. Sira dehan denunsia ema sira ne tamba sira ne uluk halo parte FPDK e BRTT. Karik nune, uluk sira ba nebe, la kestiona ema sira pro otonomi sira iha Governo Fretilin nian e iha Parlamento Nasional? Nusa mak sira la kestiona Aisha Basserewan (membro FPDK) iha Governo Fretilin nian e agora deputada. Nusa mak la kestiona Sebastiao Dias Ximenes (fundador FPDK) e sai prezidente PDHJ e seluseluk tan nebe Fretilin mak tau ba bot? Hosi buat hirak ne hotu hatudu momos estudantes sira ne ninia tendensia politika, la’os luta ba interesse nasional ruma, maibe luta ba partidu ida nia interesse.
Se ema ruma uluk halo parte FPDK ho BRTT ne krimi ruma? Iha rai demokratiku nebe mak kondena opsaun politika ida nudar krimi ida? La iha. Karik ema FPDK e BRTT ruma mak uluk oho ema, ne krimi. Ne la diferente ho ema nasionalista ida mos oho ema. Oho ema hothotu ho razaun sa ida deit ne krimi maibe defende opsaun politika ida pasifikamente laos krimi.
Hau konkorda estudante sira iha liberdade tomak atu koalia e sai fatin ida hodi halo kontrolu sosial. Atu halo kontrolo diak presiza kaer dados ou informasaun sira kredivel hodi halo kontrolu e transformasaun, laos ba kaer ba buat dokumentu falsu ida hodi halo transformasaun.
Se estudante sira fiar ba mudansa ho transformasaun, entaun tenki buka hatene UNTAS tinan 2000 nian sei hanesan ho tinan 2011 nia ka lae. Buka hatene UNTAS nian Estatu Organiku hodi hatene lolos sira nia vizaun, misaun e objektivu. Sira sei hanesan uluk ka lae. La’os ba kaer ba dokumentu falsu ida ou dokumentu tuan ida hodi teberai e halo akuzasaun falsu ba ema. Se mak fiar UDT sei hakarak defende ferderasaun ho Portugal hanesan iha 1975? Labele ba kaer ba UDT nia pozisaun iha 1975 hodi kondena partidu ne sei hanesan uluk e lakohi hare ba UDT nia pozisaun ikus nebe defende ukun rasik an. Labele kondena ema nia passado sem hare ba mudansa politika ho pozisaun nebe iha.
Timor oan sira hela iha Indonesia, liuliu UNTAS, sira uluk la rekuinyese duni ukun-an, maibe ne ema ida rua. Ne iha 2000 ho 2001. Iha tinan hirak ikus, sira tomak rekuinyse Timor-Leste nia ukun an, inkluindu Eurico Guterres, Filomeno Hornai ho sira seluk hotu. Ne laos buat segredo ida. Segredo karik ba sira nebe moris iha nuu nia kakun okos. Neduni la tama ulun sira hakarak luta fali ba integrasaun dala ida tan. Sa tan iha artigu padre Gregor Neonbasu nian koalia momos Timor oan sira agora moris iha Indonesia hasoru susar oioin. Se mak hakarak buka moris susar? So estudante ida idiota tebetebes mak iha idealismo ida muda nia moris diak ba fali iha moris at.
Iha tempu rezistensia nian, estudante universitario sira Timor oan, maski militar sira duni tun sa’en, e la dedikadu diak ba estudus, sira nia kapasidade kritiku aas tebes, sira hili kauza sira bot hodi halo ba sira nia bandeira funu nian. Agora ita ukun an ona, rai hakmatek hela, estudante sira dedika nia moris ba los estudus deit, la halai tun sa’en, maibe estranho tebes sira la seleksiona kauza sira bot hodi halo ba bandeira luta nian, maibe ba kaer fali dokumentu falsu ida nudar kauza boot hodi halo ba bandeira luta nian e, aat liu tan sai fali porta-voz ba manipulador sira dokumentus nian e buka dezakredita F-FDTL e dezestabiliza Timor-Leste tomak liu hosi propaganda falsu sira ne.
Buat nebe interessado liu ba ema kombatentes ho veteranos sira e sai kauza nasional nebe tuir lolos estudante bele ajuda investiga e buka tuir mak kazu Kery Laran Sabalae (Pedro Nunes), Sekretariu Konsellu Exekutivo da Luta da Frente Klandestina ho jovem Remijio nia lakon. Se mak halo lakon sira e sira nia ruin agora iha nebe, tamba sira ne mate misterius. Ida ne mak presiza buka tuir hodi halot sira nia ruin iha rate Martires da Patria nian. Nune mos Mau Hodu ho sira seluk nia ruin e kauza hosi sira nia mate e agora hakoi iha nebe. Buka Identifika problema sira korrupsaun ka problema sosial sira nebe iha hodi hadia e aprezenta ninia solusaun, la’os halai tuir fali dokumentu falsu ida nia kotuk e politiza tun sa’en. Nusa mak la defende fronteira maritima Timor-Leste ho Australia tamba tau iha kauza ita nia soberania. Iha issue ho kauza boot barak tebes, maibe estudante sira ne matan taka metin no halai tuir fali dokumentu falsu ida nia kotuk.
Ema baibain dehan estudante universitariu sira nudar ema kritiku, sira bele hare hetan buat nebe ema baibain sira la hare hetan e sira la fiar arbiru ba issue sira e sira sempre hare asuntu ida ho kritiku. Hare ho kritiku signifika tenki halo esforsu hodi halo analize ba faktu ida e buka hatene saida mak iha faktu ne nia kotuk. Maibe ita nia alin sira ho orguillu bot, lori naran Konsellu Senadu Estudantes sira UNTL nian hodi buka atensaun, maibe sira la hatene, sira hatun sira nian an rasik iha publiku nia matan tamba kaer dokumentu falsu ou manipuladu ida hodi lohi povu Timor-Leste tomak hanesan los dokumentu ne autentiku ka los ida.
Advogado sira vitima sira nian atu lori sira ba tribunal e sira la hatene ona koalia e koalia arbiru e mangame deit. Lakon total tiha ona kredibilidade nudar estudante universitariu. Se dosen ka politiku ruma mak iha kotuk mos, ninia kredibilidade monu rabat rai ona tamba halo manipulasaun ka kaer ba dokmentu falsu ida hodi dudu estudante sira ba rai kuak. Estudante sira ne mos fasil instrumentalizadu ou manipuladu tamba sira nia espiritu ho kapasidade kritiku mos tau iha duvida tebes. Se sira nudar ema matenek e kritiku, tuir lolos sira la fasil monu hanesan has tasak.
Estudante sira tenki tau iha ulun katak, iha mundu akademiku, proibidu tebes halo manipulasaun ba ema ruma nia obra, artigu ka dokumentu. Manipulasaun halo parte krimi e padre Gregor Neonbasu mos bele prosesa estudante sira ne kriminalmente tamba halo manipulasaun ba nia artigo.
Husu ba alin estudantes sira, hare estuda halo didiak nune atu halo intervensaun publiku ruma mos ema hare iha isin duni e reprezenta duni kamada intelektual sira, labele sai fali hanesan bidon mamuk nebe ema baku lian arbiru e kuandu la serve ona ema soe tiha ba kotuk.
*Ex-Aktivista Klandestina
Artigu ne’e hatun ona iha STL, edisi 24 de Marsu de 2011