Filipe Rodrigues Pereira*)
Kampanye untuk pemilihan Presiden Republik (PR) di Timor-Leste masih beberapa bulan lagi, akan tetapi kampanye terselubung untuk saling menjatuhkan satu sama lain sudah mulai terasa sejak beberapa bulan lalu hingga saat ini. Serangan antar pendukung figur presiden yang dicatat memanas di media massa pada akhir tahun lalu dipicu oleh sebuah artikel yang ditulis oleh sdr. Jose Maria Guterres dengan judul “TL-1 dan Berkah Xanana Gusmao” yang pada intinya menyatakan bahwa PR pada 2012 mendatang adalah figur yang memperoleh berkah dari Xanana Gusmao, dan figur tersebut diyakini sdr. Jose Guterres adalah Taur Matan Ruak.
Menanggapi artikel sdr. Jose M. Guterres tersebut diatas muncul sebuah artikel tanggapan dari sdr. Joanico Moreira yang membantah keyakinan Jose M. Guterres, bahwa Xanana belum tentu memberkahi Taur dan jika diberkahipun belum tentu Taur bisa menang karena Xanana hanya memiliki satu suara, tidak lebih dari itu. Meskipun sdr. Morreira menyepelehkan Xanana, yakni dengan mengatakan Xanana hanya memiliki satu suara, tetapi pada bagian lain artikelnya sangat terkesan sdr. Morreira mengharapkan pula berkah Xanana kepada Fernando Lasama, hal ini tersirat pada kalimat-kalimat yang menghubungkan kedekatan Fernando Lasama dan Xanana di masa lalu, loyalitas Lasama kepada Xanana. Juga, dapat dilihat pula pernyataan seperti, apabila Xanana ingin memerintah lagi pada 2012 maka perlu mendorong kandidat dari tubuh AMP. Di sini terkesan sdr. Morreira memiliki pandangan yang mendua, satu sisi menyepelehkan eksistensi politik Xanana dengan mengatakan Xanana hanya memiliki satu suara tetapi pada sisi yang lain mengharapkan sekali dukungan Xanana pada Lasama de Araujo untuk menjadi PR pada 2012.
Penulis ingin menyatakan bahwa menghargai Xanana dengan satu suara (um voto) dalam perpolitikan Timor-Leste adalah pandangan yang ‘menyesatkan’, terlalu menyederhanakan masalah. Adalah keliru jika hanya menghitung satu suara yang dimiliki Xanana pada saat Pemilu, perlu memandang Xanana sebagai sebuah totalitas, pengaruh dan kekuasaanya dalam konteks sosial-politik Timor-Leste. Hal mana diakui oleh Dr. Mari Alkatiri pada berbagai kesempatan bahwa stabiltas nasional Timor-Leste sangat ditentukan oleh Fretilin dan Xanana, bukan CNRT. Jadi ketokohan Xanana diakui oleh pemimpin oposisi. Juga ketokohannya diakui pula oleh beberapa fungsionaris PD sendiri, bahwa PD sampai dengan saat ini masih hidup dalam bayang-bayang Xanana. Mungkin saja PD sewaktu mendukung Ramos-Horta pada putaran kedua pada Pemilu 2007 karena pengaruh atau faktor Xanana atau karena faktor lain, bukan karena keinginan murni kepemimpinan PD.
Dan, ke depan PD akan tetap bersama Xanana atau tidak akan tergantung pada kedua belah pihak. Apakah masing-masing pihak masih ingin mempertahankan komposisi aliansi/koalisi seperti AMP saat ini?! Akankah AMP akan tetap solid dan berlanjut pada 2012?! Atau dengan pengalaman yang ada pada AMP maka Xanana atau PD ingin beraliansi dengan partai di luar AMP aktual?!
Berkaitan dengan perihal aliansi, sdr. Armindo Mauk-Sun Guterres sebagaimana dalam artikelnya yang dipublikasikan Forum-Haksesuk mengatakan bahwa lebih rasional apabila Xanana dan CNRTnya mendukung Lasama sebagai PR pada 2012 karena PD akan memiliki kursi signifikan di Parlemen, tentu dimaksudkan jika suara CNRT tidak memadai maka PD yang akan menopangnya. Pertanyaannya, apakah Taur akan duduk diam dalam pemilihan legislatif jika Xanana dan CNRT mendukung pencalonannya?! jangan-jangan dalam Pemilu legislatif Taur malah menyeruhkan pendukungnya untuk memilih CNRT?! Atau telah ada ancang-ancang bahwa dengan melihat kondisi Xanana yang kurang sehat maka ke depan CNRT akan meminang Taur untuk memegang pucuk pimpinan CNRT?! Hal ini bisa saja terjadi karena di satu sisi Taur dalam ‘kampanye’ PRnya terlihat sangat peduli untuk mengubah sesegera kondisi ekonomi masyarakat, mereformasi birokrasi dan hal-hal lain yang menjadi wewenang pemerintah, di sisi lain kepemimpinan Taur nantinya pada pucuk pimpinan CNRT diyakini beberapa pihak dapat mengimbangi kekuatan partai Fretilin ke depan.
Mengikuti perkembangan perpolitikan Timor-Leste menjelang pemilihan PR 2012 maka orang selalu ingin mengetahui Taur telah memperoleh dukungan politik dari siapa saja, dan Xanana ada di pihak mana. Dari pengamatan Penulis, sementara ini Taur diyakini masih menjadi yang terkuat sehingga tudingan dan serangan pada dirinya datang bertubi-tubi. Salah satu tudingan yang dialamatkan pada Taur adalah datang juga dari sdr. Armindo Mauk-Sun Guterres yang pada intinya mengeksplor kekurangan Taur. Misalnya, Taur dinilai calon presiden yang alergi akan kritikan, deskriminatif. Akhir bulan Desember 2011 muncul lagi satu artikel tanggapan dari sdr. Alfredo Mau-Redo Ramos da Silva (Mau-Redo) atas kedua artikel yang ditulis oleh sdr. Morreira dan Mauk-Sun. Artikel Mau-Redo ini membeberkan apa yang disebutnya sebagai kelemahan dari Presiden Partai Demokrat, Fernando Lasama.
Sebelum masuk pada ulasan lebih lanjut, yang menggelitik penulis adalah mengapa ketiga rekan yang menulis artikel menyangkut Taur dan Lasama sebagaimana tersebut diatas tidak menampakkan diri apa adanya, namun bersembunyi dibalik nama-nama palsu?! Mengapa ketiganya tidak berani menampakkan diri?! Apa gerangan?! Ketiganya masih memiliki hubungan keluarga dengan Taur dan Lasama?! Atau karena ketakutan akan analisis yang disampaikan kurang atau tidak sahih?! Atau karena Taur maupun Lasama adalah orang-orang “angker” yang tidak siap dikritik itulah yang menjadi penyebabnya?! Kritik atas Taur dan Lasama di republik ini akan mendatangkan kematian?! Atau ketiganya ingin mendapatkan rasa nyaman dimana saja, nyaman di samping Taur dan enak di sisi Lasama?!
Soal Taur alergi atas kritik, dalam beberapa hal penulis memiliki pula pandangan bahwa sampai dengan saat ini Taur belum saja terbiasa dengan dunia politik orang sipil. Kehidupan Taur sebagai panglima tentara yang selalu hidup dalam garis komando selama 30tahun membawa dirinya bersikap reaktif menghadapi perbedaan pandangan sebagaimana kasus Manuel Tilman beberapa bulan lalu. Namun adalah berlebihan jika muncul kekawatiran bahwa nantinya Taur akan berusaha menutupi mulut orang-orang yang mengkritik dirinya jika terpilih menjadi PR. Menurut Penulis, Taur bukan seorang yang anti demokrasi. Dalam kepemimpinannya, F-FDTL secara baik dan elok mendundukkan diri pada supremasi sipil. Hanya saja dalam krisis politik-militer 2006 lalu F-FDTL yang dipimpinnya tercoreng, tetapi itupun karena usaha orang-orang sipil, termasuk beberapa politisi yang ikut memperalat institusi militer dan polisi. Perlu dicatat, meski diterpa krisis politik-militer pada 2006 lalu, dengan sikap nasionalisnya Taur tidak jatuh dan mencoba mengkudeta pemerintah yang dipilih secara demokratis pada pemilu pertama republik ini. Menyangkut sikap Taur yang reaktif dan dinilai beberapa pihak sebagai figur yang tidak siap dikritik, disarankan ke depan Taur dapat membentuk kelompok diskusi kecil yang selalu siap sparing atau berdebat, mendiskusikan semua hal, dengan demikian dapat membantu mengantarnya masuk pada dunia politik orang sipil yang sebenarnya.
Menyangkut sentimen regionalisme-etnik yang dikaitkan pada Taur, Penulis ingin menyatakan bahwa meski sebuah kebetulan tetapi Taur telah menunjukkan secara nyata lewat dirinya, ia telah menyatukan kedua wilayah Lorosae-Loromonu dalam darah dagingnya, yakni melalui anak-anaknya. Itulah keutuhan nyata Timoris yang ditunjukkan Taur melalui keluarganya. Bukti bahwa Taur memiliki semangat Timoris yang utuh ditunjukkan pula melalui kasus Abilio Mausoko. Sebagaimana diketahui bahwa pada krisis politik-militer 2006, Abilio Mausoko dengan kelompoknya menyerang kediaman Taur. Tetapi apa yang terjadi, di pengadilan sewaktu Abilo Mausoko diadili, Taur datang memberikan kesaksian meringankan dan membuka pintu maaf bagi terdakwa Abilio. Begitu pula dengan Major Alfredo Reinaldo (almarhum), sampai kematian menjemputnya almarhum masih menganggap Taur sebagai panglimanya, maka tidak ada alasan untuk mengaitkan Taur dengan sentimen etnik.
Berbicara dukungan Xanana akan diberikan kepada Lasama atau kepada Taur pada pencalonan PR 2012, selain tergantung pada alasan politik sebagaimana telah disampaikan oleh sdr. José M. Guterres, sdr. Joanico Morreira, sdr. Mauk-Sun Guterres dan sdr. Alfredo Mau-Redo dalam artikel mereka pada tahun lalu, Penulis juga ingin mengingatkan bahwa bisa saja alasan kemanusiaan seorang Xananapun akan ikut menentukan siapa yang akan didukungnya. Xanana bisa saja mengatakan, Lasama, kamu telah saya antar menjadi Presiden Parlemen Nasional pada 2007 lalu, kini izinkanlah saya untuk membantu mengantar kakakmu, Taur Matan Ruak untuk menjadi Presiden Republik pada 2012.*** End**
Terima Kasih Telah meluangkan waktu untuk menulis artikel versi indonesia,I like This
ResponderEliminar